PRODUKSI BIOGAS DARI KOMBINASI KOTORAN SAPI
DAN ECENG GONDOK
OLEH
AHMADI
I 111 13 039
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Ahmadi
No. Stambuk : I 111 13 039
Judul Makalah : Produksi Biogas dari Kombinasi Kotoran Sapi dan
Eceng Gondok
Makassar,
Desember, 2017
Telah Disetujui
Panitia Seminar
Dr.Wahniyathi Hatta, S.Pt., M.Si
NIP. 19700416 199512 2 001
|
Dosen Pembimbing
Endah Murpi Ningrum, S.Pt, MP
NIP. 19760417
200604 2 001
|
|
|
Mengetahui
Ketua Prodi Peternakan
Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin
Prof. Dr. drh. Ratmawati Malaka, M.Sc.
NIP
:19640712 198911 2 002
|
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan taufik-nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah seminar studi pustaka sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
Melalui kesempatan ini penulis dengan rendah
hati mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini utamanya kepada,
1.
Endah
Murpi Ningrum, S.Pt, MP selaku pembimbing penulisan makalah
seminar studi pustaka yang telah mencurahkan perhatian untuk membimbing dan
mengarahkan penulis dalam penyusunan makalah ini.
2.
Kedua orang tua yang memberikan bantuan
dan dukungan bagi penulis sehingga makalah ini dapat terselesikan.
3.
Rekan-rekan yang telah memberikan
bantuan hingga terselesainya makalah ini tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena terbatasnya
kemampuan dan waktu yang tersedia, untuk itu saya memohon maaf atas kekurangan
tersebut.
Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca dan dapat membantu dalam melaksanakan tugas-tugas masa
yang akan datang.
Makassar,
Desember,
2017
Ahmadi
DAFTAR
ISI
Halaman
DAFTAR
ISI................................................................................................. iv
DAFTAR
GAMBAR.................................................................................... v
DAFTAR
TABEL......................................................................................... vi
ABSTRAK..................................................................................................... vii
PENDAHULUAN........................................................................................ 1
Latar Belakang..................................................................................... 1
Tujuan dan
Kegunaan………………………………………………..’ 2
PEMBAHASAN........................................................................................... 3
Biogas................................................................................... 3
Kotoran Sapi......................................................................... 4
Eceng Gondok...................................................................... 5
Pemanfaatan
Kotoran Sapi dan Eceng Gondok Sebagai Biogas... 7
KESIMPULAN............................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 9
DAFTAR
GAMBAR
No. Teks Halaman
1. Digester…………………………………………………….. ……. 3
2. Eceng
Gondok……………………………………………............. 6
DAFTAR
TABEL
No. Teks Halaman
1. Karakteristik Kotoran Sapi................................................................... ..
5
2. Produksi Biogas.................................................................................... .. 7
PRODUKSI BIOGAS
DARI KOMBINASI KOTORAN SAPI
DAN ECENG GONDOK 1)
Ahmadi 2) dan E.M Ningrum 3)
ABSTRAK
Biogas adalah gas yang dihasilkan
dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi
langka oksigen (anaerob). Selain itu , perkembangan enceng gondok yang
sangat pesat membuat tanaman ini dengan cepat menutup permukaan air. Enceng
gondok dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk produksi biogas. Enceng gondok
(Eichhornia crassipes) adalah gulma pengganggu perairan, tanaman ini
sangat cepat berkembang. Biogas juga dikenal sebagai gas rawa
atau lumpur dan bisa digunakan sebagai bahan bakar. Gas yang dihasilkan terjadi
dari proses penguraian bahan-bahan organic oleh mikroorganisme dalam keadaan
anaerob. Tujuan penulisan makalah ini
yaitu untuk mengetahui berapa gas metan yang dihasilkan dari komposisi bahan
kotoran sapi dan eceng gondok. Perlakuan dengan komposisi bahan
yang berbeda menunjukkan puncak produksi biogas tertinggi pada hari ke-11
dengan kombinasi campuran eceng gondok 25% dan kotoran sapi 75%, yaitu 13,614 m3
dengan rata-rata produksi perhari, yaitu 0,227 m3. Sedangkan
produksi biogas yang terendah pada hari ke-17 hanya menggunakan eceng gondok,
yaitu 7,412 m3 dengan rata-rata produksi perhari, yaitu 0,124 m3.
Kata
Kunci :Biogas,
Kotoran sapi,
Eceng Gondok,
Gas Metan, Anaerob
1)
Sumber Data : Patjj, et al, 2011.
2)
Pemakalah
3) Pembimbing
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumber energi
alternatif
yang dapat diperbaharui
di Indonesia cukup
banyak, diantaranya adalah biomassa atau
bahan-bahan limbah organik.
Beberapa
biomassa memiliki potensi yang cukup besar adalah
limbah kayu, sekam padi, jerami, ampas tebu, tempurung kelapa, cangkang sawit, kotoran ternak, dan sampah kota. Biomassa dapat
diolah dan dijadikan sebagai bahan
bakar alternatif, contohnya dengan pembuatan briket. Biogas mempunyai keuntungan ekonomis karena
dapat diproduksi secara sederhana, memiliki nilai
kalor yang
tinggi, dan ketersediaan bahan bakunya cukup
banyak di
Indonesia sehingga
dapat bersaing dengan bahan
bakar lain.
Biogas adalah gas yang dihasilkan
dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi
langka oksigen (anaerob). Selain itu , perkembangan enceng gondok yang
sangat cepat membuat tanaman ini dengan cepat menutup permukaan air, enceng
gondok dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk produksi biogas. Enceng gondok
atau Eichhornia crassipes adalah gulma pengganggu bagi perairan, tanaman
ini sangat cepat berkembang.
Pemanfaatan kotoran sapi dan limbah organik
sebagai bahan baku dalam pembuatan biogas merupakan salah satu bahan bakar
alternatif yang tepat sebagai sumber bahan bakar untuk mengurangi pengunaan
minyak tanah. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang variasi komposisi bahan
penyusun biogas tersebut.
Dalam konteks itu pemanfaatan
kotoran sapi dan eceng gondok sebagai sumber energi (bahan bakar) merupakan
salah satu alternatif untuk mengurangi penggunaan minyak tanah dan kayu untuk
keperluan rumah tangga. Dari kotoran ternak dapat dihasilkan 2 jenis bahan bakar
yaitu (biogas) dan briket
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan
penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui berapa gas metan yang dihasilkan
dari komposisi bahan kotoran sapi dan eceng gondok. Kegunaan dari penulisan makalah ini yaitu memberikan pemahaman bagi
Pembaca, untuk memanfaatkan kotoran sapi dan eceng gondok sebagai sebagai
sumber energi alternatif.
PEMBAHASAN
Biogas
Biogas merupakan salah satu sumber
energi terbarukan yang dapat menjawab kebutuhan energi alternatif. Biogas juga
dikenal sebagai gas rawa atau lumpur dan bisa digunakan sebagai bahan bakar.
Gas yang dihasilkan terjadi dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme dalam keadaan anaerob. Pembentukan biogas terjadi selama proses fermentasi
berlangsung Dengan adanya biogas maka dapat diperoleh beberapa manfaat antara
lain dapat membantu menurunkan emisi gas rumah kaca, menghemat pengeluaran
masyarakat, meningkatkan pendapatan masyarakat, pemakaian kayu dan minyak tanah
akan berkurang, mewujudkan lingkungan yang bersih, mengurangi volume limbah
yang dibuang, memperkecil rembesan polutan, memaksimalkan proses daur ulang,
memperkecil kontaminasi sumber air, mengurangi polusi udara, dan pupuk yang dihasilkan
bersih dan kaya nutrisi (Wahyuni, 2008).
Gambar.1
Digester
Kotoran
Sapi
Satu
ekor sapi setiap harinya menghasilkan kotoran berkisar 8 – 10 kg/hari atau 2,6 – 3,6 ton/tahun. Potensi jumlah kotoran sapi
dapat dilihat dari populasi sapi. Populasi sapi potong di Indonesia
diperkirakan 10,8 juta ekor dan sapi perah 350.000-400.000 ekor dan apabila
satu ekor sapi rata-rata setiap hari menghasilkan 7 kg kotoran kering maka kotoran sapi
kering yang dihasilkan di Indonesia sebesar 78,4 juta kg kering/hari (Budiyanto, 2011).
Limbah
peternakan yang dihasilkan tidak lagi menjadi beban biaya usaha akan tetapi menjadi
hasil ikutan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan bila mungkin setara dengan
nilai ekonomi produk utama (daging). Dengan begitu, usaha peternakan ke depan
harus dapat dibangun secara berkesinambungan sehingga dapat memberikan
kontribusi pendapatan yang besar dan berkelanjutan (Sudiarto, 2008).
Suatu
usaha peternakan pasti menghasilkan limbah. Limbah ternak merupakan sisa buangan dari suatu kegiatan
usaha peternakan pemeliharaan. Limbah
ini meliputi limbah padat
dan limbah cair
feses, urin, sisa makanan,
embrio, kulit telur,
lemak, darah, bulu, kuku,
tanduk dan isi
rumen. Semakin besar
usaha peternakan maka semakin
besar pula limbah
yang akan dihasilkan (Sihombing, 2000).
Sebagai
gambaran, seekor sapi dengan berat 454
kg akan menghasilkan
30 kg limbah feses dan urin setiap hari. Kita bisa membayangkan
jika memelihara 100 ekor sapi, jumlah limbah yang dihasilkan
sebesar 3 ton per hari. Merupakan jumlah yang sangat besar. Keberadaan limbah
ini tentu akan menjadi problem tersendiri bagi peternak dan menjadi penyebab gangguan bagi lingkungan sekitar (Sihombing, 2000).
Pada umumnya komposisi kotoran sapi memiliki karakteristik yang
dapat dilihat pada Tabel 1.
Eceng Gondok
Eceng gondok merupakan jenis gulma
yang pertumbuhannya sangat cepat. Pertumbuhan eceng gondok dapat mencapai 1.9%
per hari dengan tinggi antara 0,3-0,5 m. Pertumbuhannya yang begitu pesat, dirasakan
sangat merugikan karena sifat eceng gondok yang menutupi permukaan air akan
menyebabkan kandungan oksigen berkurang. Pada umumnya eceng gondok tumbuh
dengan cara vegetatif yaitu dengan menggunakan stolon. Kondisi optimum bagi
perbanyakannya memerlukan kisaran waktu anta 11-18 hari. Tumbuhan eceng gondok
akan berpengaruh terhadap kadar CO2 yang terdapat pada air. Peningkatan CO2 pada air akan mengawali rata-rata bersih fotosintesis.
Setelah terjadi adaptasi indeks luas pada daun dan pada pangkalnya menyokong
perbaikan berat kering (Arnold et al., 2013).
Disamping efek negatif dari tanaman
eceng gondok, tanaman yang merupakan jenis gulma ini memiliki beberapa nilai
ekonomis yang dapat dimanfaatkan (Pinto et
al, 1987; Tripathi dan Shukla, 1991 ). Diantara beberapa kemungkinan, yang
paling menarik adalah produksi gas metana dengan menggunakan eceng gondok dengan
metode anaerobic digestion (Shilapour and Smith, 1984; Shankar and Tondon,
1986; Teherruzan and Kushani, 1989). Eceng gondok dapat dimanfaatkan dalam
produksi biogas karena mempunyai kandungan hemiselulosa yang cukup besar
dibandingkan komponen organik tunggal lainnya. Hemiselulosa adalah polisakarida
kompleks yang merupakan campuran polimer yang jika dihidrolisis menghasilkan
produk campuran turunan yang dapat diolah dengan metode anaerobic digestion
untuk menghasilkan dua senyawa campuran sederhana berupa metan dan karbon
dioksida yang biasa disebut biogas (Ghosh et al, 1984). Menurut Malik (2006)
eceng gondok mengandung 95% air dan menjadikannya terdiri dari jaringan yang
berongga, mempunyai energi yang tinggi, terdiri dari bahan yang dapat
difermentasikan dan berpotensi sangat besar dalam menghasilkan biogas (Chanakya
et al, 1993 dalam Gunnarsson and Cecilia, 2006).
Gambar 2.
Eceng Gondok
Pemanfaatan
Kotoran Sapi dan Eceng Gondok Sebagai Biogas
Penelitian yang telah
dilakukan di Nigeria menggunakan kotoran sapi dan eceng gondok sebelumnya telah
ditinjau dari dampak negatif yang dihasilkan dari biomassa tersebut. Kedua
bahan tersebut umum terdapat disetiap negara didunia. Dengan adanya pembuatan biogas
ini memberikan hasil yang baik untuk pemanfaatan kedepannya.
Hasil penelitian
pada Tabel.2 perlakuan dengan komposisi bahan yang berbeda menunjukkan puncak produksi biogas tertinggi pada hari ke-11 dengan kombinasi campuran
eceng gondok 25% dan kotoran sapi 75%, yaitu 13,614 m3 dengan
rata-rata produksi perhari, yaitu 0,227 m3. Sedangkan produksi
biogas yang terendah pada hari ke-17 hanya menggunakan eceng gondok, yaitu
7,412 m3 dengan rata-rata produksi perhari, yaitu 0,124 m3
(Patjj et al., 2011).
KESIMPULAN
Perlakuan dengan komposisi bahan yang berbeda menunjukkan puncak produksi biogas tertinggi pada hari ke-11 dengan kombinasi campuran
eceng gondok 25% dan kotoran sapi 75%, yaitu 13,614 m3 dengan
rata-rata produksi perhari, yaitu 0,227 m3. Sedangkan produksi
biogas yang terendah pada hari ke-17 hanya menggunakan eceng gondok, yaitu
7,412 m3 dengan rata-rata produksi perhari, yaitu 0,124 m3.
DAFTAR PUSTAKA
Arnold, Y. Avianda, R. Bambang, P. 2013. Produksi Biogas Dari Eceng Gondok
(Eicchornia crassipes) : Kajian Konsistensi
dan pH Terhadap Biogas Yang Dihasilkan. Jurnal
Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2 ; No. 2, Tahun 2013 Hal. 211-215. Laboratorium
Pengolahan Limbah Jurusan Teknik kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Budiyanto, K. 2011. Tipologi Pendayagunaan
Kotoran Sapi dalam Upaya Mendukung Pertanian Organik di Desa Sumbersari Kecamatan
Poncokusumo Kabupaten Malang. Jurnal GAMMA 7 (1) 42-49.
Chanakya, H.N., S. Borgaonkar, G. Meena and K.S. Jagadish. 1993. Solid
Phase Biogas Production with Garbage or Water Hyacinth. Bioresource Tchnology Vol. 46 227-231 Elsevier Ltd.
Ghost, S., M.P. Henry and R.W. Cristopher. 1984. Hemicellulosa Conversion
by Anaerobic Digestion. Institute of Gas Technology and United Gas Pipe Line
Compony. USA. Biomassa Vol. 6 257-258.
Malik, A. 2006. Environmental Challenge Vis s Vis Oppertunity : The Case of
Water Hyacinth. Environment International
Vol.33 122-138 Elsevier Ltd.
Patjj, J.H, Molayan, L. A.R, Bhargav, S.
and Sawmya S. A. Anaerobic co-digestion of water hyacinth in primary sludge
Research Journal of Chemical Sciences volume 1, 2011.
Pinto, C.L.R. Cocania. A. Sonza, M.M. 1987. Utilization Of Water Hyacinth
For Removal And Recovery Of Silver From Industrial Wastewater. Water Science and Technology 19, 89-102.
Sarjono, Ridlo, M. 2013.
Studi Eksperimental Penggunaan Kotoran Sapi Sebagai Bahan Bakar Alternatif. Majalah
Ilmiah STTR Cepu.ISSN 1693 – 7066. Nomor : 16, Tahun 11, Januari -
Juni 2013.
Shankar, G. Tondon, G. 1986. A Laboratory Study Of Biogas Production From
Water Hyacinth. World Journal of Microbiology
and Biotechnology 1, 72-77.
Shilapour, A. Smith, P.H. 1978. Conversion Of Biomass Into Methane. Biomass 6, 85-94.
Sihombing D T H. 2000. Teknik
Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha Peternakan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup
Lembaga Penelitian, Institut Pertanian Bogor.
Sudiarto, B. 2008. “Pengelolaan Limbah Peternakan
Terpadu dan Agribisnis yang Berwawasan Lingkungan”. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. Universitas Padjajaran Bandung.
Teherruzan, Q. Kushani, D.P. 1989. Evaluation Of Some Aquatic Macrophytes
Cultivated In Enriched Water As Possible Source Of Protein And Biogas. Hydrobiological Bulletin (Netherlands) 23, 207-212.
Tripathi, B.D. Shukla, S. 1991. Biological Treatment Of Wastewater By
Selected Aquatic Plants. Environmental
Pollution 69, 69-78.
Wahyuni, S. 2008. Biogas. Bogor:
Penebar Swadaya.